Bahagian 3
Al-Quranul Karim melindungi Muhammad Fatah Ghautsullah bercerita kepada saya. Katanya, "Peluru mengenai dada Muhammad Fatah. Lalu ia melompat seraya berkata, "Aku terkena tembakan". Salah seorang mujahid yang ada di sebelahnya memeriksa dadanya, ternyata peluru itu hanya mengenai kulit luar Al-Quranul Karim yang ada di kantongnya".
Pertempuran Dauaab
Abdullah Khamus, alumni Universiti Islam di Madinah, dan salah seorang tokoh Al-Hizbu Islami di daerah Herat bercerita dengan disaksikan Najibullah, Khalifah Subhan, Komandan Umum Al-Hizbu Islami. Mereka bersumpah bahawa pada tanggal 10 Januari 1986 terjadi pertempuran antara pasukan Russia (yang berkekuatan 650 tank, ditambah sekitar 1000 kenderaan berbagai jenis) dengan pasukan kaum mujahidin yang berjumlah sekitar 400 orang. Pertempuran sengit itu berlangsung selama 7 hari dengan kerugian di pihak musuh 334 orang kafir tewas, 25 buah tank hancur, 113 orang tertawan, dan 64 pucuk senjata Klashenkov berhasil dirampas. Sedangkan korban di pihak mujahidin berjumlah 5 orang yang gugur, dan 20 orang cedera.
Kami tidak tahu bagaimana kami bisa selamat
Khalifah Subhan selanjutnya bercerita kepada saya. Katanya, "Kami berjumlah 4 orang memasuki Herat dan menembak tiga kereta perisik musuh. Lalu kami melarikan diri ke perkampungan yang ada di sekitar taman itu. Kami dikepung ketat oleh tank musuh, namun kami berhasil meloloskan diri. Kami tidak tahu
bagaimana kami bisa selamat".
Satu peluru anti tank menelorkan kemenangan
Maulawi Syah muhammad dari Aurghun Paktia berkata kepada kami. Katanya, "Kami terdiri dari 8 mujahidin yang tengah diserang oleh dua tank musuh dan sebuah kenderaan lapis baja. Kami menembakkan semua senjata yang ada pada kami sehingga hanya tinggal sebuah peluru anti tank saja. Kami bermunajat kepada Allah Ta'ala yang menentukan segalanya. Kami berdoa : "Ya Allah, Ya Rabbul Ardhi was-samawati, ya Rabbul 'alamin! Janganlah Engkau beri kesempatan kepada orang-orang kafir itu untuk menawan kami. Ya Allah, kami hanya tinggal memiliki sebuah peluru anti tank saja. Menangkanlah wali-Mu dalam melawan wali taghut". Lalu kami menembakkan peluru itu, dan ternyata langsung menghancurkan tank tersebut. Lalu mereka mengangkat bendera putih tanda menyerah. Demikianlah, dengan izin Allah kami berhasil menakluki dan menawan mereka semua. Dua hari kemudian kami berhasil menakluki benteng musuh.
Benteng mujahidin merupakan tempat perlindungan
Komandan Abdul Jabbar dari Syulgher, Ghazni, bercerita kepada saya bahawa benteng Kanshaf pada mulanya berada di tangan milisi komunis. Kemudian kaum mujahidin berhasil menaklukkinya. Sejak tujuh tahun yang lalu, pesawat terbang musuh berusaha menggempur benteng itu, tetapi hingga kini benteng itu tetap utuh. Sementara desa-desa di sekitarnya hancur luluh akibat keganasan pesawat terbang musuh. Kini kaum wanita, anak-anak, dan kaum mustadh'afin sudah benar-benar menyedari karramah benteng itu, hingga kalau ada serangan udara, mereka cepat-cepat berlindung di dalam benteng tersebut. Selanjutnya Abdul Jabbar berkata, "rumah saya ada di sebelah benteng itu, namun saya dan sanak keluarga saya Alhamdulillah selamat berkat perlindungan Allah Rabbul 'alamin".
Pasukan komunis tidak memasuki kamar Abdul Jabbar
Selanjutnya Abdul Jabbar bercerita, "Pasukan tank musuh mengepung desa tempat saya berada dengan kepungan yang ketat sekali. Akhirnya saya diam saja di dalam kamar, seraya berdoa : "Ya Rabb, saya duduk di dalam kamar ini dan Engkau satu-satunya Pelindungku. Engkau Maha Pengasih dan Penyayang kepada hamba-Mu yang lemah ini". Subhanallah, pasukan komunis itu memasuki dan menggeledah seluruh rumah penduduk, kecuali kamar tempat saya sembunyi!"
Anjing tidak menggonggong kepada mujahidin
Abdul Jabbar bercerita lain. Katanya, "Di desa Marya ada seorang tokoh komunis. Rumahnya dijaga oleh seekor anjing galak sehingga sulit diperhitungkan seseorang yang memasuki rumahnya akan selamat dari serangan anjing itu. Pada suatu hari, Faidhanullah memasuki rumah itu hendak membunuh tokoh komunis tersebut. Ternyata anjing itu tidak menyalak sedikit pun. Faidhanullah berhasil membunuh tokoh komunis itu dan dia melarikan diri dengan sepeda motor. Tiba-tiba anjing itu mengejarnya, maka Faidhanullah menembaknya. Tetapi anjing itu mengejarnya bukan untuk mengigitnya, namun untuk mengikutinya. Hingga kini anjing itu selalu mengikuti Faidhanullah, seolah-olah ia berganti majikan".
Seorang mujahid yang mendapat tikaman bertubi-tubi
Syaifullah dari Baghman bercerita kepada kami. Katanya, "Telah terjadi pertempuran tidak seimbang antara kaum mujahidin dan kaum komunis. Dalam pertempuran itu kaum mujahidin gugur, tinggal seorang. Seorang mujahidin yang masih hidup itu berfikir, "Jika hendak melawan tidak mungkin, mahu melarikan diri pun rasanya sulit". Akhirnya ia pun merebahkan diri di tengah-tengah para mujahidin lainnya. Ia melumuri dirinya dengan darah rekaan-rekaannya. Tidak lama kemudian orang kafir itu datang dan menikam para Syuhada itu satu persatu, seolah-olah hendak membalas rasa dendamnya, termasuk mujahid yang berpura-pura syahid itu. Namun hingga kini ia masih hidup, berkat izin Allah Ta'ala. Orang-orang datang hendak memindahkan para Syuhada itu ke pemakamannya. Tiba-tiba mereka mendengar rintihan seorang mujahid yang pura-pura syahid itu. Dengan demikian selamatlah dia dari kematian dengan menakjubkan sekali.
Awan melindungi para mujahidin
Qadhi Ghulam Rabbani bercerita kepada kami. Katanya, "Kami se-peleton mujahidin. Pada waktu itu musim panas. Kami diserang pesawat tempur musuh. Kami yakin tidak ada jalan untuk melarikan diri atau bersembunyi. Tetapi tiba-tiba awan memayungi kami dan turunlah hujan lebat, pada hal tidak terdapat awan di langit, selain yang ada di atas kami. Hal ini memberi kesempatan kepada kami untuk mengundurkan diri dan selamat dari serangan pesawat musuh".
Pengecutnya kaum komunis
Abu 'Ubaidah telah bercerita kepada saya. Katanya, "Kami berhasil memasuki Aurghun dengan sebuah tank, sedangkan kaum komunis memiliki meriam 120mm, RBG-7, dan 50 buah senjata anti-tank 106mm. Kami berhasil memasuki tiga dari empat kubu pertahanan musuh, dan di dalam kubu ke empat (menurut pengakuan pasukan musuh yang menyerah) ada 17 pasukan Unit Soviet". Selanjutnya Abu 'Ubaidah berkata, "Kami berhasil menangkap kaum komunis itu hidup-hidup di dalam kubu mereka. Mereka menggigil ketakutan melihat kami, pada hal senjata Klashenkov dan kelongsong pelurunya ada di sebelahnya".
Wawancara dengan mujahid terkenal
Muhammad Syadim, putra paman Arsalan dari Aurghun di Paktia bercerita kepada saya. Katanya, "Lima kelongsong peluru sudah saya habiskan, tetapi kemudian semuanya berisi kembali, entah bagaimana?" "Lalu ada roket musuh ditembakkan kepada kami, namun roket itu kembali menghentam kubu penembaknya".
T: "Saudara Syadim, sejak mula anda berjihad?"
J: "Sejak pemerintahan Taraqi pada tahun 1973"
T: "Kenapa anda ikut berjihad?"
J: "Kami berjihad untuk memerangi kaum komunis, musuh agama Islam, kerana mereka hendak memadamkan cahaya (nur) Allah. Kami bertekad akan memeranginya sepanjang hidup kami"
T: "Apakah anda yakin akan dapat mengalahkan Russia?"
J: "Insya Allah, kami yakin akan dapat mengalahkan mereka"
T: "Apa tanda-tanda keyakinan atau kemenangan yang anda yakini itu?"
J: "Kami melihat di seluruh medan perang Afghanistan adanya karramah (supernatural) yang mendokong jihad kami. Ini bererti jihad kami diredhai Allah Ta'ala"
T: "Tolong anda jelaskan kepada kami sebahagian dari keramat yang anda ketahui, selain dari yang anda telah ceritakan. Apakah anda bersedia menyatakan sumpah atas kebenarannya?"
J: "Ya, saya bersedia"
Muhammad Syadim lalu bercerita. Katanya, "Kesatuan kami dihujani bom selama sepuluh jam, namun di antara kami tidak ada yang cedera. Selain itu di lain waktu dalam pertempuran, kekuatan musuh di front sebanyak 18.000 orang, sedangkan kekuatan pasukan kami hanya 12 orang. 7 orang di antara kami gugur syahid, namun walau begitu kami masih mampu bertahan selama dua hari, dan Alhamdulillah, dalam kondisi demikian pun kami berhasil membakar dua tank serta meledakkan 4 tank lainnya dengan ranjau. Lalu pada hari ketiga datanglah bala bantuan dari pasukan Haqqani dan Arsalan"
T: "Bagaimana hasil akhir dari pertempuran itu?"
J: "Dengan izin dan pertolongan Allah Ta'ala, pada hari pertama, kami
berhasil membunuh seratus orang pasukan musuh, merosak 6 buah tanknya, dan pada hari berikutnya kami berhasil menghancurkan banyak tank lainnya, tetapi kami tidak tahu berapa banyak pasukan musuh yang tewas atau cedera".
Keberanian ahli Al-Qur'an
Asadullah, Panglima Kamp Usamah bin Zaid di Konar bercerita. Katanya, "Pada waktu itu Sheikh dan guru kami, Muhammad Amin Malkazi berada di tepi sungai Konar, dekat desa Basyt (Moskoa kecil). Tiba-tiba peluru mortar musuh berjatuhan di sekitar Sheikh, tetapi beliau tenang-tenang saja sehingga membuat para pemuda yang ada di situ merasa malu untuk melarikan diri. Namun Ja'far, salah seorang pemuda yang ada di situ pada waktu itu bersembunyi setelah dua mortar jatuh tidak jauh dari tempatnya. Asadullah bin Muhammad Amin berlindung sesudah empat buah mortar berjatuhan di sekitarnya. Tetapi Sheikh Muhammad Amin, yang tatkala itu sedang membaca Al-Quranul Karim tidak bergeser dari tempatnya, meskipun tempat duduknya tidak terlindung dan meskipun di tempatnya tersebut berjatuhan sebelas mortar, bahkan mortar yang jatuh terakhir hanya setengah meter dari tempatnya duduk. Para pemuda yang melihatnya ketakutan, sementara Sheikh tetap tenang-tenang saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Tak lama kemudian Sheikh selesai membaca Al-Qur'an, tetapi mulutnya masih mengulang-ulang beberapa buah ayat. Para pemuda bertanya kepada beliau, "Mengapa Sheikh tidak melarikan diri dan bersembunyi?" Sheikh menjawab, "Saya malu kepada Allah Ta'ala jika para malaikat melapor kepada-Nya dengan perkataan, "Hamba-Mu si Fulan melarikan diri ketika sedang membaca Al-Quranul Karim".
Kisah ini mengingatkan kami kepada Al-Barra' bin Malik yang berkata kepada para sahabat Rasulullah SAW dalam Perang Yamamah, "Aku adalah ahli Al-Qur'an yang paling buruk jika aku melarikan diri dari musuh". Lalu pada peperangan tersebut Al-Barra' yang dianggap sebagai pemegang panji minta digalikan tanah dan dia menanamkan kedua kakinya di sana agar tidak bisa melarikan diri dan bergeser dari tempatnya. Demikianlah keberanian ahli Al-Quranul Karim.
Allah memberi rezeki tanpa diduga-duga
Allah SWT berfirman: ".Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (QS Ath-Thalaaq:2-3)
Asadullah, Faruq, dan Sami'ullah bercerita kepada saya. Katanya, "Kami mengadakan serangan ke desa Basyt yang dikuasai kaum komunis. Kekuatan kami terdiri dari 70 orang mujahidin. Sesudah operasi usai, ternyata tidak seorang pun dari kami yang tewas atau cedera. Namun tenaga kami rasanya habis terkuras, dan laparnya tidak tertahankan lagi kerana kami sudah dua hari tidak makan. Mau kembali ke kamp rasanya sudah tidak sanggup lagi. Akhirnya kami berdoa kepada Allah Ta'ala supaya kami diberi rezeki dari sisi-Nya. Seusai berdoa, Jul Ar-Rahman pergi mencari air minum. Sewaktu tengah mencari air minum dia menemukan sebuah pinggan tertutup, maka dibawa pulanglah pinggan tersebut. Kami membuka pinggan itu dengan pisau, dan ternyata pinggan tersebut berisi keju sapi. Kami sempat merasa khuatir kalau-kalau keju itu beracun. Lalu Hasyim berkata, "Biarlah saya yang memakannya dahulu. Kalau saya mati, kalian jangan memakannya." Lalu Hasyim memakan keju itu, dan ternyata tidak apa-apa. Maka kami semua memakannya, dan kami benar-benar bersyukur atas kurnia dan kemurahan Allah Ta'ala itu".
Singa Konar, Asy-Syahid Jul Ar-Rahman
Seorang pemuda belia yang baru berusia 18 tahun atas izin Allah telah membunuh lebih dari 50 orang komunis dalam sehari. Ia memulai perang jihadnya sejak umur 10 tahun hingga tahun 1986. Sukses pertamanya di medan perang ialah menanam ranjau dan berhasil menghancurkan tank musuh. Pada waktu itu usianya masih 10 tahun. Jul Ar-Rahman adalah singa yang bertubuh manusia. Asadullah, Komandan Kamp berkomentar tentang Asy-Syahid, "Belum pernah saya melihat seorang mujahid di Afghanistan yang lebih berani dari Jul Ar-Rahman".
Pada suatu hari ia berhasil menawan seorang tokoh komunis. Lalu ia berkata kepada tawanan itu, "Saya lelah, gendonglah saya". Tawanan itu lalu menggendongnya hingga setengah perjalanan. Lalu Jul Ar-Rahman turun dari gendongan dan menembak tokoh komunis itu. Pada hari kedua, di bulan April 1986, kaum komunis mengadakan serangan dahsyat ke Kamp Usamah bin Zaid dan berhasil mendudukinya. Namun para singa mujahidin itu tidak sudi meninggalkan kedudukannya di puncak kampnya. Lima tokoh pemberani kamp itu, yakni Asadullah, Jul Ar-Rahman, Ja'far, Syir Muhammad, dan Mustaqim bertahan menghadapi pasukan Russia".
Mereka mulai membersihkan kamp dari orang-orang kafir Russia, dari satu puncak ke puncak lainnya, sehingga kaum komunis berhasil dihalau semua. Pada puncak sebuah pergunungan, ketika Jul Ar-Rahman sedang melempar granite, ia terkena tembakan yang menewaskannya. Namun dari jarak 20 meter musuh melihatnya seperti seorang yang sedang melempar sesuatu ke arah mereka sehingga mereka tidak berani mendekatinya.
Asadullah selanjutnya bercerita, "Jul Ar-Rahman tewas sewaktu shalat Ashar. Sesudah shalat Maghrib, sekitar 4 jam kemudian, kami datang hendak membawanya. Namun ia tetap saja seperti orang yang sedang melempar granite, badannya tidak jatuh telentang atau tengkurap, seperti halnya orang yang mati tertembak. Kami merebahkan tubuhnya. Ia terlihat seperti seorang yang tidur, sementara wajahnya cerah, kedua bibirnya seolah-olah tersenyum manja. Belum pernah saya melihat seorang Syahid seperti dia. Semoga Allah mengampuni Singa Konar itu, dan memberikan kami gantinya yang lebih baik, lebih berani, dan lebih taat dari Asy-Syahid.
Singa Kaum Anshar dari Pakistan
Syaiful Islam bercerita kepada saya. Katanya, "Saudaraku seiman dan seislam, Nasrullah Manshur adalah seorang pelajar, keluaran Sekolah Pendidikan Al-Quranul Karim di desa Maltsaman. Dia seorang mujahid sejak empat tahun lalu. Pada tanggal 4 Mei 1986, Nasrullah sedang mengendarai kereta rampasan perang dari Paktia yang mengangkut keperluan logistik ke Spidar Nari. Setiba di Spidar Nari, ia mendengar deru pesawat terbang, lalu ia memerintahkan kedua saudaranya, Husein Ahmad dan Muhammad Najid supaya mendaki gunung yang ada di sisi jalan untuk mengamati pesawat itu. Setiba di puncak gunung, keduanya melihat pesawat itu sedang mendaratkan pasukan. Maka kotak senjata pun tidak bisa dielakkan antara Nasrullah yang hanya bersenjatakan Klashenkov dan RBG. Ia menembak pasukan musuh dan kedua pesawat yang mendaratkannya. Namun pesawat itu menghujaninya dengan tembakan membabi buta, sehingga di dekat matanya terkena beberapa buah tembakan peluru Dushka hingga tembus ke bawah telinganya. Pahanya pun tertembak sehingga memecahkan tulang pahanya , dan pundaknya terkena pecahan mortar. Musuh berusaha untuk menangkapnya dalam keadaan hidup, namun Nasrullah berusaha melawan mati-matian sehingga berhasil membunuh 14 pasukan komando musuh. Nasrullah luka parah dan berhasil diselamatkan, ia lalu dibawa ke rumah sakit di Peshawar untuk mendapatkan perawatan.
Karramah di berbagai pertempuran di Jajee, Ramadhan 1406H:
1. Sekawanan burung melindungi kami!
Saya melihat dengan kedua mata kepala saya di Jajee, musuh ganas sekali menyerang kami, sehingga memaksa kami berlarian mencari perlindungan di balik pohon untuk menghindarkan diri dari tembakan dan pecahan bom musuh. Al-Amir Sayyaf berkata kepada saya, "Lihatlah, ada sekawanan burung terbang di bawah pesawat tempur musuh". Pada hari kedua, saya melihat pesawat terbang musuh datang lagi. Saya melihat benda hitam di bawahnya, lalu saya mengingatkan kawan-kawan, "Bersembunyilah, pesawat musuh sedang menghujani kita dengan bom". Mereka berkata, "Yang ada di pesawat terbang musuh itu adalah burung-burung "mujahidin" berseragam hitam!"
2. Angin kencang datang tatkala diserang musuh
Kaum mujahidin dihujani peluru dan bom musuh yang beratnya sekitar satu ton sehingga berhasil memancarkan beberapa mata air dari dalam tanah, sementara peluru roketnya juga tidak mahu ketinggalan beraksi. Pesawat-pesawat terbang musuh juga banyak yang menurunkan pasukan komandonya di puncak-puncak gunung. Mereka menaburi Kamp dan jalan-jalan yang biasa dilalui kaum mujahidin dengan ranjau-ranjau dan bom waktu, yang setiap saat bisa meledak dengan dahsyat. Pada waktu itu kaum mujahidin merasa terjepit benar, persis seperti yang dilukiskan Al-Quranul Karim : "(Iaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat" (QS Al-Ahzab:10-11)
Pada saat-saat sulit dan mengerikan itu, rahmat Ilahi datang dengan mengirimkan angin kencang yang sebelumnya belum pernah dialami oleh kaum mujahidin. Ini terjadi pada pertengahan bulan Disember, ketika tumpukan salji sudah mencapai ketinggian dua meter. Pada waktu itu angin menumbangkan beberapa pohon dan menghalau dinginnya udara hingga ke daerah Peshawar, sehingga para mujahidin bisa menyelamatkan diri. Mengenai hal ini saya jadi teringat firman Allah SWT : "Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperolehi keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa" (QS Al-Ahzab:25)
Orang-orang berseragam putih
Sayid Umar, Panglima Kamp Jajee, Musa Khan, Panglima Pasukan, dan wakil Ikhlash, komandan salah sebuah front bercerita kepada saya. Katanya, "Banyak pasukan Afghanistan yang melarikan diri ke daerah mujahidin. Mereka bercerita macam-macam tentang apa yang dilihat dan dialami di medan laga. Salah seorang dari mereka bercerita kepada kami seolah-olah cerita khayal. Katanya, "Ketika pasukan tank Russia sedang berderet di pusat Qarar Gha, dan pada waktu itu kami tengah berada di sekitarnya, tiba-tiba ada seorang berseragam putih menyandang senjata RBG menembak tank-tank itu, dan hanguslah seketika empat buah tank. Kejadian itu terjadi pada pukul tiga siang hari. Sesudah melakukan tembakan, orang berseragam putih itu pergi dengan tenang dan aman. Kami memberondongnya dengan berbagai senjata automatis, tetapi ia tidak terkena sebutir peluru pun. Sesudah dua atau tiga jam kemudian, ia pun datang kembali, lalu ia menembak dua tank lagi. Kemudian ia mengeluarkan sebilah pisau dari pinggangnya dan menghampiri tempat berkumpulnya pasukan Russia, lalu ia menyembelih dua orang yang ada di situ dan membawa pergi kepala mereka dengan tenang dan anggun, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Maha benar firman Allah Ta'ala : "Ya (cukup). Jika kamu bersabar dan bertaqwa, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, nescaya Allah membantumu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda" (QS Ali-Imran:125)
Mereka bukan manusia
Jamul Nasir, Panglima daerah Aju di Badkhasyan berkata kepada saya. Katanya, "Kami berada dalam rombongan yang hendak menuju ke Badkhasyan. Dalam perjalanan, ketika kami melintasi Baghlan, di Dari-Walyah, kami dihadang oleh pasukan Russia yang besar sekali jumlahnya. Pesawat terbangnya mulai menghujani kami dengan senapang mesin dan berbagai senjata yang mematikan. Di samping menghadapi pesawat terbangnya yang sedang mengganas itu, kami juga harus menghadapi pasukan infanterinya yang sudah mengepung mati kedudukan kami. Kami melawan kepungan musuh itu selama 12 hari. Tiba-tiba seorang utusan Russia datang kepada kami dan menawarkan suatu cara damai. Katanya, "Kami siap membukakan jalan kepada kalian untuk meneruskan perjalanan, dengan syarat 30 tawanan yang kalian tangkap dikembalikan". Kami lalu menjawab dengan nada hairan, "Kami tidak pernah menangkap seorang Russia pun. Yang kami tahu, mereka hanyut oleh arus yang melanda lembah itu, sesudah hujan lebat beberapa hari lamanya". Dalam perbicaraan dengan kaum mujahidin itu, delegasi Russia berkata, "Lima ratus tentera Russia tewas dan dua pesawat tempurnya jatuh, di samping itu tiga puluh pasukan hilang". Pada waktu itu orang Russia sampai-sampai beranggapan bahawa para mujahidin bukan manusia, tetapi sebangsa jin.(tripod)